KARAKTERISTIK LUKISAN/GAMBAR ANAK
A.
TIPOLOGI GAMBAR ANAK
Gaya ungkapan sering dilupakan dalam
pelaksanakan pendidikan seni rupa. Apabila kita mencoba mengumpulkan tulisan
sejumlah orang, maka dengan mudah kita akan melihat perbedaan gaya ungkapan
tulisan mereka. Padahal mereka sama-sama belajar menulis, akan tetapi setelah
menulis sudah tidak lagi bagian belajar. Setelah kegiatan menulis menjadi kegiatan
spontan, maka. setiap orang menghasilkan gaya tulisan berbeda-beda. Dalam
kegiatan menggambarpun sesungguhnya demikian. Kegiatan menggambar kebanyakan
dilakukan dengan tidak spontan, bahkan dilakukan dengan ragu-ragu, terutama
oleh anak-anak besar yang tidak berbakat seni rupa, maka gaya ungkapannya tidak
tampak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh goresan-goresan yang membentuk itu
dibuat masih dalam proses belajar. Sehubungan dengan ini paling tidak anak-anak
tidak mendapat tekanan untuk menuruti kehendak gurunya (menggambar secara
visual-realistis, yang sesuai kesukaan gurunya). Gambar anak dapat mencerminkan
karakter anak. Apa yang digambarakan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian
dirasakan. Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa
yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam,
mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang digambarkannya.
Berdasarkan hasil karya gambar yang
diciptakan anak, kita sebagai guru akan mengetahui cara ungkapan seni rupa yang
berbeda. Perbedaan ini terletak pada hasil karya yang dihasilkan. Ada gambar
yang naturalis, ada gambar anak yang bertipe ekspresif, ada gambar yang bertipe
dekoratif dan sebagainya. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak
terletak pada tingkat usia anak. Dalam In Education Through Art, Read
(1958: 140) mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: Organic,
Lyrical, Impresionist, Rhytmical Pattern, Structur Form, Shematic, Haptic,
Expresionist, enumeratif, Decorative, Romantic, dan Literari. Sementara itu,
Victor Lowenfield (1975: 275) membagi karya anak dalam proses berekspresi
menghasilkan karya dibagi menjadi tipe “visual’ dan “haptic”.
1. Organic
Berkaitan serta bersimpati dengan
objek-objek nyata, anak-anak lebih suka objek dalam kelompok daripada yang
sendiri. Tipe ini juga mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang
wajar pula, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan
hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya.
2. Lyrical
Penggambaran objek bersifat
realistis, tetapi tidak bergerak seperti organic. Objek yang digambarkan statis
dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak
perempuan.
3. Impresionist
Lebih mementingkan detail/kesan
suasana yang digambarkan daripada konsep keseluruhan
4. Rhytmical Pattern
Gambar memperlihatkan benda-benda
yang dilihat, Contohnya gambar anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar
tersebut sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya bisa organis atau
lyris.
5. Structur Form
Tipe ini jarang ditemui pada gambar
anak. Objeknya mengikuti rumus ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu
rumusan geometris dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan
6. Shematic
Penggambar menggunakan rumus ilmu
bangunan tanpa ada hubungan yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek
semula disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek secara
simbolis.
7. Haptic
Gambar yang dibuat mewakili
image-image hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat
didak berdasarkan pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik.
8. Expresionist
Berhubungan dengan dunia dalam
dirinya. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia
dari luar seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain
9. Enumeratif
Penggambar pada tipe ini dikuasai
oleh objek dan tidak dapat menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua
bagian-bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang
dilebih-lebihkan Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman melainkan
persepsi arsitek
10. Decorative
Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi
dengan pola-pola warna-warni dan mengusahakannya menjadi pola yang
menggembirakan. Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan
senang, melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar
menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan pola-pola yang
riang.
11. Romantic
Pada tipe ini tema diambil dari
kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan gabungan antara
ingatan dengan image eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru
12. Literary
Tema yang ditampilkan semata-mata
khayal yang berasal dari raasa yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri.
Tema ini merupakan gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan
kepada orang lain Sementara itu, penggolongan karya gambar anak menurut Victor
Lowenfeld, terbagi menjadi:
1. Tipe Visual Tipe visual adalah gambar anak yang
menunjukkan kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis (memperlihatkan
kemiripan bentuk gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif). Gambar
yang diungkapkan mementingkan kesamaannya karya dengan bentuk yang diahayatinya
serta memperhitungkan proporsinya secara tepat. Penguasan ruang telah terasa
dengan cara membuat kecil objek gambar bagi benda yang jauh. Begitunpula
penguasaan warna, pemakaian warna sesuai dengan warna-warna pada bendanya.
Batas-batas tertentu gambar atau lukisan anak yang tergolong tipe visual dapat
dipersamakan dengan lukisan karya pelukis naturalistis, yang membuat lukisannya
sangat teliti, karena ingin menggambarkan keadaan sebagaimana kelihatannya
(dari pengalaman visual)
Gambar 11
Gambar anak yang bertipe visual
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
2.
Bertipe Haptik
Gambar anak yang memiliki tipe haptik
menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau
upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam
merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam merupakan reaksi emosional
melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Biasanya benda
yang dianggap penting digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih
besar dibandingkan dengan benda yang kurang penting. Dalam gaya lukisan, gambar
anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme.
Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan rasa
secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri pelukisnya (inner
states). Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat
subyektif dari kebebasan pribadi masing-masing pelukisnya.
Gambar 12 Gambar anak yang bertipe
haptik, figure manusia dibuat lebih besar daripada rumah mungkin karena
dianggap lebih penting
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil penelitian yang
Lowenfeld menunjukan bahwa 47% bertipe visual, 23 % bertipe haptik, dan 30% tidak
teridentifikasi. Silahkan Anda amati hasil karya gambar siswa Anda!
B. Sifat Lukisan/Gambar Anak
Gambar anak memiliki keunikan
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini terjadi karena anak-anak masih
memiliki keaslian dalam tata ungkapan emosinya dalam bentuk gambar atau karya.
Secara khusus, berikut ini disarikan berdasarkan pendapat Soesatyo (1994: 32
–33) bahwa sifat lukisan (gambar) anak-anak sebagai berikut:
1. Ideographisme.
Lukisan anak merupakan ekspresi
berdasar pengertian dan logika anak, contoh: anak melukis muka manusia dari
samping, meskipun dalam kenyataan penglihatan, matanya nampak sebuah saja,
tetapi berdasarkan pengertian anak bahwa manusia itu bermata dua, maka
dilukislah kedua mata itu disamping.
2. Steorotif atau otomatisme.
Ciri gambar anak yang kedua adalah
ditemukannya gejala umum penggambaran bentuk benda secara berulang-ulang dengan
ukuran yang monoton. Gejala ini dinamakan stereotipe. Misalnya figure
manusia yang diulang dalam bentuk yang sama meski warnanya berbeda-beda. Atau
bunga-bunga yang sama diulang-ulang. Bahkan sampai pada tema yang terus
diulang-ulang.
Gambar 13 Stereotif, penggambaran objek secara berulang-ulang
Sumber: Dokumentasi Pribadi
3. Gejala finalitas
Sungguh unik bila kita cermati dan
amati gambar anak, anak menggambarkan peristiwa yang mengandung unsur ruang dan
waktu. Biasanya anak melukiskan manusia atau mahluk lainnya dalam gerak.
Penggambaran suatu peristiwa yang sedang terjadi divisualisasikan dengan
membuat objek gambar yang diulang-ulang.
Namun tidak semua bagian atau anggota
badan dilukis, hanya yang perlu-perlu saja atau yang dirasakan penting dalam
tema lukisan. Misalnya ibu yang sedang menyapu, dilukis hanya satu tangan saja
yang memegang sapu itu, sedang tangan yang satu yang tidak berperan tidak
dilukis. Atau tangan yang lebih berperan dilukis lebih besar dan lebih mendapat
tekanan.
4. Perebahan atau lipatan
Sifat ini merupakan peristiwa yang
lucu namun logis buat anak-anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau
sifat rabatemen. Benda apa saja yang berdiri tegak pada suatu garis
dasar akan dilukis tegak lurus pada garis dasar tersebut meskipun garis dasar
itu berbelok atau miring arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah
terjungkir.
5. Transparan
Kebiasaan dan kecenderuangan anak
menggambarkan hal-hal atau peristiwa pada ciri ke tiga ini adalah penggambaran
yang tembus pandang. Sebagai contoh bila anak melihat kucing makan ikan,
kemudian kita suruh anak itu untuk menggambarkan kucing, maka anak biasanya
akan menggambar kucing dengan perut yang kelihatan ada ikannya. Pada usia
tertentu kita dapat menjumpai lukisan anak dengan sifat tembus pandang. Anak
cenderung melukiskan semua yang ia pikirkan dn ia mengerti meskipun ada
beberapa benda objek yang berada di dalam ruang atau tempat tertutup. Akibatnya
adalah peristiwa tembus pandang atau sinar X (x –ray). Contoh: ibu dan bapak
duduk di dalam rumah dan tertutup dinding, namun dilukis lengkap dengan benda
dan perabot lain. Kucing makan tikus. Tikus yang di dalam perut kucing dilukis
juga. Sabagai bahan perbandingan lihat Gambar 3.5 Satu nilai yang dapat kita
tiru dari anak-anak dengan karakterisrik gambar ini adalah kejujuran dan
kepolosan jiwa anak. Tentunya hal ini berbeda dengan orang dewasa yang penuh
dengan kepura-puraan.
6. Juxtaposisi.
Sifat Pemecahan masalah ruang
(kedalaman jauh dekat) dalam bidang datar, diatasi dengan dasar pemikiran
praktis. Anak melukis benda atau objek yang jauh di bagian atas kertas sedang
yang dekat dibagian bawah. Bertebar namun artistic, mirip lukisan Bali.
7. Simetris (setangkep)
Dalam melukis suatu objek sering
timbul gejala atau hasrat untuk melukis hal-hal yang asimetris menjadi
asimetris. Misalnya dua pohon besar di kiri dan di kanan, dua buah gunung
kembar dengan matahari di tengah, setangkai bunga dengan daun kiri dan di kanan,
dan sebagainya.
8. Proporsi (perbandingan ukuran)
Anak-anak lebih mementingkan proporsi
nilai dari pada fisik. Hal-hal yang dianggap lebih penting dibuat lebih besar
atau lebih jelas.
9. Lukisan bersifat cerita
(naratif)
Lukisan/gambar yang dibuat anak
merupakan ungkapan perasaan atau gejolak jiwa. Jadi lukisan adalah cerita anak,
bukan sekedar mencoret sebagai aktivitas motorik atau gerak anatomis saja. Maka
perlu ditanggapi secara wajar dan dalam sikap menerima serta mengahargai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar