Sabtu, 04 Agustus 2012


KARAKTERISTIK LUKISAN/GAMBAR ANAK

A.     TIPOLOGI GAMBAR ANAK
Gaya ungkapan sering dilupakan dalam pelaksanakan pendidikan seni rupa. Apabila kita mencoba mengumpulkan tulisan sejumlah orang, maka dengan mudah kita akan melihat perbedaan gaya ungkapan tulisan mereka. Padahal mereka sama-sama belajar menulis, akan tetapi setelah menulis sudah tidak lagi bagian belajar. Setelah kegiatan menulis menjadi kegiatan spontan, maka. setiap orang menghasilkan gaya tulisan berbeda-beda. Dalam kegiatan menggambarpun sesungguhnya demikian. Kegiatan menggambar kebanyakan dilakukan dengan tidak spontan, bahkan dilakukan dengan ragu-ragu, terutama oleh anak-anak besar yang tidak berbakat seni rupa, maka gaya ungkapannya tidak tampak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh goresan-goresan yang membentuk itu dibuat masih dalam proses belajar. Sehubungan dengan ini paling tidak anak-anak tidak mendapat tekanan untuk menuruti kehendak gurunya (menggambar secara visual-realistis, yang sesuai kesukaan gurunya). Gambar anak dapat mencerminkan karakter anak. Apa yang digambarakan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian dirasakan. Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam, mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang digambarkannya.
Berdasarkan hasil karya gambar yang diciptakan anak, kita sebagai guru akan mengetahui cara ungkapan seni rupa yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada hasil karya yang dihasilkan. Ada gambar yang naturalis, ada gambar anak yang bertipe ekspresif, ada gambar yang bertipe dekoratif dan sebagainya. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak terletak pada tingkat usia anak. Dalam In Education Through Art, Read (1958: 140) mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: Organic, Lyrical, Impresionist, Rhytmical Pattern, Structur Form, Shematic, Haptic, Expresionist, enumeratif, Decorative, Romantic, dan Literari. Sementara itu, Victor Lowenfield (1975: 275) membagi karya anak dalam proses berekspresi menghasilkan karya dibagi menjadi tipe “visual’ dan “haptic”.

1. Organic
Berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih suka objek dalam kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang wajar pula, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya.


2. Lyrical
Penggambaran objek bersifat realistis, tetapi tidak bergerak seperti organic. Objek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan.

3. Impresionist
Lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada konsep keseluruhan

4. Rhytmical Pattern
Gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, Contohnya gambar anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar tersebut sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya bisa organis atau lyris.

5. Structur Form
Tipe ini jarang ditemui pada gambar anak. Objeknya mengikuti rumus ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan

6. Shematic
Penggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek semula disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek secara simbolis.

7. Haptic
Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat didak berdasarkan pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik.

8. Expresionist
Berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia dari luar seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain


9. Enumeratif
Penggambar pada tipe ini dikuasai oleh objek dan tidak dapat menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua bagian-bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang dilebih-lebihkan Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman melainkan persepsi arsitek

10. Decorative
Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warna-warni dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan. Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan senang, melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan pola-pola yang riang.

11. Romantic
Pada tipe ini tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan gabungan antara ingatan dengan image eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru

12. Literary
Tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari raasa yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan kepada orang lain Sementara itu, penggolongan karya gambar anak menurut Victor Lowenfeld, terbagi menjadi:
1.    Tipe Visual Tipe visual adalah gambar anak yang menunjukkan kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis (memperlihatkan kemiripan bentuk gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif). Gambar yang diungkapkan mementingkan kesamaannya karya dengan bentuk yang diahayatinya serta memperhitungkan proporsinya secara tepat. Penguasan ruang telah terasa dengan cara membuat kecil objek gambar bagi benda yang jauh. Begitunpula penguasaan warna, pemakaian warna sesuai dengan warna-warna pada bendanya. Batas-batas tertentu gambar atau lukisan anak yang tergolong tipe visual dapat dipersamakan dengan lukisan karya pelukis naturalistis, yang membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin menggambarkan keadaan sebagaimana kelihatannya (dari pengalaman visual)
Gambar 11 Gambar anak yang bertipe visual
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.        Bertipe Haptik
Gambar anak yang memiliki tipe haptik menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam merupakan reaksi emosional melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Biasanya benda yang dianggap penting digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan benda yang kurang penting. Dalam gaya lukisan, gambar anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme. Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri pelukisnya (inner states). Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masing-masing pelukisnya.
Gambar 12 Gambar anak yang bertipe haptik, figure manusia dibuat lebih besar daripada rumah mungkin karena dianggap lebih penting
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil penelitian yang Lowenfeld menunjukan bahwa 47% bertipe visual, 23 % bertipe haptik, dan 30% tidak teridentifikasi. Silahkan Anda amati hasil karya gambar siswa Anda!
B. Sifat Lukisan/Gambar Anak
Gambar anak memiliki keunikan dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini terjadi karena anak-anak masih memiliki keaslian dalam tata ungkapan emosinya dalam bentuk gambar atau karya. Secara khusus, berikut ini disarikan berdasarkan pendapat Soesatyo (1994: 32 –33) bahwa sifat lukisan (gambar) anak-anak sebagai berikut:
1. Ideographisme.
Lukisan anak merupakan ekspresi berdasar pengertian dan logika anak, contoh: anak melukis muka manusia dari samping, meskipun dalam kenyataan penglihatan, matanya nampak sebuah saja, tetapi berdasarkan pengertian anak bahwa manusia itu bermata dua, maka dilukislah kedua mata itu disamping.

2. Steorotif atau otomatisme.
Ciri gambar anak yang kedua adalah ditemukannya gejala umum penggambaran bentuk benda secara berulang-ulang dengan ukuran yang monoton. Gejala ini dinamakan stereotipe. Misalnya figure manusia yang diulang dalam bentuk yang sama meski warnanya berbeda-beda. Atau bunga-bunga yang sama diulang-ulang. Bahkan sampai pada tema yang terus diulang-ulang.
Gambar 13 Stereotif, penggambaran objek secara berulang-ulang
Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Gejala finalitas
Sungguh unik bila kita cermati dan amati gambar anak, anak menggambarkan peristiwa yang mengandung unsur ruang dan waktu. Biasanya anak melukiskan manusia atau mahluk lainnya dalam gerak. Penggambaran suatu peristiwa yang sedang terjadi divisualisasikan dengan membuat objek gambar yang diulang-ulang.
Namun tidak semua bagian atau anggota badan dilukis, hanya yang perlu-perlu saja atau yang dirasakan penting dalam tema lukisan. Misalnya ibu yang sedang menyapu, dilukis hanya satu tangan saja yang memegang sapu itu, sedang tangan yang satu yang tidak berperan tidak dilukis. Atau tangan yang lebih berperan dilukis lebih besar dan lebih mendapat tekanan.
4. Perebahan atau lipatan
Sifat ini merupakan peristiwa yang lucu namun logis buat anak-anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat rabatemen. Benda apa saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan dilukis tegak lurus pada garis dasar tersebut meskipun garis dasar itu berbelok atau miring arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir.
5. Transparan
Kebiasaan dan kecenderuangan anak menggambarkan hal-hal atau peristiwa pada ciri ke tiga ini adalah penggambaran yang tembus pandang. Sebagai contoh bila anak melihat kucing makan ikan, kemudian kita suruh anak itu untuk menggambarkan kucing, maka anak biasanya akan menggambar kucing dengan perut yang kelihatan ada ikannya. Pada usia tertentu kita dapat menjumpai lukisan anak dengan sifat tembus pandang. Anak cenderung melukiskan semua yang ia pikirkan dn ia mengerti meskipun ada beberapa benda objek yang berada di dalam ruang atau tempat tertutup. Akibatnya adalah peristiwa tembus pandang atau sinar X (x –ray). Contoh: ibu dan bapak duduk di dalam rumah dan tertutup dinding, namun dilukis lengkap dengan benda dan perabot lain. Kucing makan tikus. Tikus yang di dalam perut kucing dilukis juga. Sabagai bahan perbandingan lihat Gambar 3.5 Satu nilai yang dapat kita tiru dari anak-anak dengan karakterisrik gambar ini adalah kejujuran dan kepolosan jiwa anak. Tentunya hal ini berbeda dengan orang dewasa yang penuh dengan kepura-puraan.
6. Juxtaposisi.
Sifat Pemecahan masalah ruang (kedalaman jauh dekat) dalam bidang datar, diatasi dengan dasar pemikiran praktis. Anak melukis benda atau objek yang jauh di bagian atas kertas sedang yang dekat dibagian bawah. Bertebar namun artistic, mirip lukisan Bali.
7. Simetris (setangkep)
Dalam melukis suatu objek sering timbul gejala atau hasrat untuk melukis hal-hal yang asimetris menjadi asimetris. Misalnya dua pohon besar di kiri dan di kanan, dua buah gunung kembar dengan matahari di tengah, setangkai bunga dengan daun kiri dan di kanan, dan sebagainya.
8. Proporsi (perbandingan ukuran)
Anak-anak lebih mementingkan proporsi nilai dari pada fisik. Hal-hal yang dianggap lebih penting dibuat lebih besar atau lebih jelas.

9. Lukisan bersifat cerita (naratif)
Lukisan/gambar yang dibuat anak merupakan ungkapan perasaan atau gejolak jiwa. Jadi lukisan adalah cerita anak, bukan sekedar mencoret sebagai aktivitas motorik atau gerak anatomis saja. Maka perlu ditanggapi secara wajar dan dalam sikap menerima serta mengahargai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar